http://4.bp.blogspot.com/-MjpxfO6YxxI/Uos2MrQm8BI/AAAAAAAAAKQ/CYdQ_Twe_bA/s1600/996048_722726271088205_732148940_n.jpg November 2013 ~ Ir. H. Endrizal Nazar

Rabu, 27 November 2013

SILATURAHIM DENGAN SIMPUL MASSA

Bersilaturahim dengan simpul massa di RW 05 Kelurahan Husen Kecamatan Cicendo. Di kiri kang Aris, kanan kang Wawan dan pak Ajo

Senin, 25 November 2013

KOPI DAN KEHIDUPAN



Suatu hari beberapa alumni Universitas California Berkeley yg sudah bekerja & mapan dalam karir, mendatangi profesor kampus mereka yg kini sdh lanjut usia. Mereka membicarakan banyak hal menyangkut pekerjaan maupun kehidupan mereka. Sang profesor lalu ke dapur & kembali dengan membawa seTéko kopi panas. Disebuah nampan ia membawa bermacam-macam cangkir. Ada yg terbuat dr kaca, kristal, melamin, beling & plastik. Beberapa cangkir nampak indah & mahal, tetapi ada juga yg bentuknya biasa-biasa saja & terbuat dari bahan yg murah.

"Silahkan masing-masing mengambil cangkir & menuang kopinya sendiri", Sang prof mempersilahkan tamu-tamunya. Setelah masing-masing sudah memegang cangkir berisi kopi, profesor itu berkata, "Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir-cangkir yg bagus & yang tertinggal kini hanya cangkir murah & tidak begitu menarik. Memilih yang terbaik adalah hal yg normal. Tetapi sebenarnya justru disitulah persoalannya. Ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kalian menjadi terganggu. Kalian mulai melihat cangkir-cangkir yg dipegang orang lain & membandingkannya dgn cangkir yg kalian pegang. Pikiran kalian terfokus kepada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya, melainkan kopinya.


"Sesungguhnya kopi itu adalah kehidupan kita, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, uang & posisi yang kita miliki. Jangan pernah membiarkan wadah dari kopi mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Orang boleh saja menaruh kopi kedalam gelas kristal yg sangat mahal & indah, tetapi belum tentu mereka dapat merasakan nikmat dari kopi tersebut. Artinya,ada sebagian orang yg Menurut penglihatan jasmaniah kita mereka begitu beruntung & berbahagia, tetapi belum tentu mereka dapat menikmati indahnya karunia kehidupan yg diberikan oleh Tuhan. Mari kita belajar menghargai & mensyukuri hidup ini bagaimanapun cara Tuhan "mengemas"nya untuk masing-masing kita. Yang penting sikapi anugrah kehidupan dengan baik serta mengisinya dengan hal2 yang benar & positif.

MENGELOLA PKL MENGURANGI MASALAH KOTA



Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) menjadi fenomena yang tidak tidak bisa dihindarkan kota-kota  di Indonesia. Pertumbuhan PKL semakin pesat seiring dengan sulitnya mendapatkan kesempatan kerja di sektor formal. Kebijakan industrialisasi serta minimnya perhatian pada sektor pertanian menyebabkan desa-desa ditinggalkan warganya untuk mengadu nasib di perantauan (kota). Fenomena urbanisasi ini sangat jelas terlihat dengan meningkatnya jumlah pendatang ke kota-kota besar setelah lebaran berakhir. Tanpa keterampilan dan bekal yang memadai ditengah sulitnya lowongan kerja, jelas akan sulit bagi mereka mendapatkan pekerjaan. Hal inilah yang kemudian mendorong mereka bekerja apa saja yang bisa menghasilkan uang. Salah satu sektor yang kemudian memberikan  peluang yaitu bekerja disektor informal khususnya menjadi pedagang kaki lima.

Kota Bandung sebagai kota metropolitan menanggung beban PKL yang cukup besar. Upaya untuk mengatasi bukannya tidak ada, tetapi langkah-langkah yang dilakukan masih belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Mengatasi persoalan PKL memang bukanlah perkara yang sederhana. Penanganan PKL tidak bisa dilakukan hanya dengan penggusuran sebagaimana kecendrungan yang terjadi dibanyak kota saat ini. Apalagi penggusuran dilakukan dengan kurang manusiawi sehingga sering menimbulkan bentrok fisik yang merugikan banyak pihak. Dari aspek ketertiban PKL memang mengganggu kepentingan publik, tetapi sesungguhnya mereka merupakan kelompok masyarakat yang bisa menyelesaikan problema ekonomi mereka yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara. Oleh karena itu memahami persoalan PKL dari berbagai dimensi menjadi syarat mutlak sebagai langkah awal upaya penanganan PKL.

Masalah-masalah yang terkait dengan pedagang kaki lima (PKL) di perkotaan Indonesia cukup banyak. Mereka berjualan di trotoar jalan, di taman-taman kota, di jembatan penyeberangan, bahkan di badan jalan. Pemerintah kota berulangkali menertibkan mereka yang ditengarai menjadi penyebab kemacetan lalu lintas ataupun merusak keindahan kota. Upaya penertiban ini kadangkala melalui bentrokan dan perlawanan fisik dari PKL. Bersama dengan komponen masyarakat lainnya, tidak jarang para PKL pun melakukan unjuk rasa. Pemerintah pun dihujat dan masalah PKL ini disebut sebagai bentuk kegagalan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja untuk kaum miskin.

Salah satu upaya Pemkot Bandung pada masa kepemimpinan walikota terdahulu dalam mengatasi menjamurnya PKL yaitu dengan menempatkan mereka di pertokoan yang sudah tidak beroperasi lagi serta di pasar yang sudah direvitalisasi. Tetapi di lokasi yang baru ini PKL tidak bertahan lama dan kembali ke jalanan. Tentu menjadi pertanyaan kenapa kebijakan penempatan PKL di ruang dagang (formalisasi) baik di eks pertokoan maupun di pasar yang dikerjasamakan cendrung gagal. Jawaban terhadap persoalan ini bisa dilihat dari cara pandang Pemkot terhadap PKL. Pemkot melihat sektor informal khususnya PKL perlu ditingkatnya statusnya menjadi sektor formal (pedagang yang mempunyai ruang dagang/kios tetap). Oleh karena itu penyiapan ruang dianggap cara terbaik formalisasi pedagang kaki lima ini. Dalam kerangka formalisasi PKL ini, Pemkot kurang memahami kemampuan pedagang untuk menebus ruang dagang yang ditawarkan kepada mereka. Dengan nilai jual ruang dagang di atas 5 juta rupiah permeter persegí, jelas bukanlah harga yang murah bagi PKL bagaimana pun pola pembayarannya. Demikian pula kultur PKL yang cendrung mencari pusat keramaian tidak dipahami seutuhnya, sehingga penempatan di eks pertokoan yang tidak strategis justru membunuh perkembangan usaha mereka.

Fenomena sektor informal merupakan fenomena yang sangat umum terjadi di negara-negara berkembang. Meskipun pembahasannya telah dilakukan lebih dari tiga puluh tahun, tidak ada konsensus mengenai definisi pasti dari sektor informal. Pengertian sektor informal ini lebih sering dikaitkan dengan dikotomi sektor formal-informal. Dikotomi kedua sektor ini paling sering dipahami dari dokumen yang dikeluarkan oleh ILO (1972). Badan Tenaga Kerja Dunia ini mengidentifikasi sedikitnya tujuh karakter yang membedakan kedua sektor tersebut: (1) kemudahan untuk masuk (ease of entry), (2) kemudahan untuk mendapatkan bahan baku, (3) sifat kepemilikan, (4) skala kegiatan, (5) penggunaan tenaga kerja dan teknologi, (6) tuntutan keahlian, dan (7) deregulasi dan kompetisi pasar. 

Pembahasan dikotomi tersebut acapkali mengabaikan keterkaitan sektor informal dengan aspek ruang dalam proses urbanisasi. Padahal seperti dapat kita amati di Indonesia ataupun di negara-negara berkembang lainnya, perkembangan sektor informal seiring dengan urbanisasi dan perubahan ruang perkotaan.

Ananya Roy dan Nezar Alsayyad (2004), melalui bukunya Urban Informality: Transnational Perspectives from the Middle East, Latin America and South Asia, mengenalkan konsep informalitas perkotaan sebagai logika yang menjelaskan proses transformasi perkotaan. Mereka tidak menekankan dikotomi sektor formal dan informal tetapi pada pengertian bahwa informalitas sebagai sektor yang tidak terpisah dalam struktur ekonomi masyarakat. Menurut mereka, informalitas ini adalah suatu moda urbanisasi yang menghubungkan berbagai kegiatan ekonomi dan ruang di kawasan perkotaan. Menurut pengamatan mereka pada kota-kota di Timur Tengah, Amerika Latin, dan Asia, perumahan dan pasar lahan informal tidak hanya merupakan domain bagi penduduk miskin tetapi penting pula untuk penduduk kelas menengah. Memakai konsep informalitas perkotaan dalam mencermati fenomena PKL di perkotaan mengubah perspektif terhadap keberadaan mereka di perkotaan.
Mereka bukanlah kelompok yang gagal masuk dalam sistem ekonomi perkotaan. Mereka bukanlah komponen ekonomi perkotaan yang menjadi beban bagi perkembangan perkotaan. PKL adalah salah satu moda dalam transformasi perkotaan yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi perkotaan. Lapangan pekerjaan yang mereka lakukan adalah salah satu moda transformasi dari masyarakat berbasis pertanian ke industri dan jasa. Mengingat kemudahan untuk memasuki kegiatan ini berikut dengan minimnya tuntutan keahlian dan modal usaha, penduduk yang bermigrasi ke kota cenderung memilih kegiatan PKL. Ketersediaan lapangan pekerjaan sektor formal bukanlah satu-satunya indikator ketersediaan lapangan kerja. Keberadaan sektor informal pun adalah wujud tersedianya lapangan kerja. Cukup banyak studi di negara-negara Dunia Ketiga yang menunjukkan bahwa tidak semua pelaku sektor informal berminat pindah ke sektor formal. Bagi mereka mengembangkan kewirausahaannya adalah lebih menarik ketimbang menjadi pekerja di sektor formal. Masalah yang muncul berkenaan dengan PKL ini adalah banyak disebabkan oleh kurangnya ruang untuk mewadahi kegiatan PKL di perkotaan. Konsep perencanaan ruang perkotaan yang tidak didasari oleh pemahaman informalitas perkotaan sebagai bagian yang menyatu dengan sistem perkotaan akan cenderung mengabaikan tuntutan ruang untuk sektor informal termasuk PKL. Praktek perencanaan kota di negara-negara Dunia Ketiga termasuk di Indonesia menyebabkan banyaknya produk tata ruang perkotaan yang tidak mewadahi sektor informal. Kegiatan-kegiatan perkotaan didominasi oleh sektor-sektor formal yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Alokasi ruang untuk sektor-sektor informal termasuk PKL adalah ruang marjinal. Sektor informal terpinggirkan dalam rencana tata ruang kota yang tidak didasari pemahaman informalitas perkotaan (Deden Rukmana : PKL dan Informalitas Perkotaan)

Dalam kasus Kota Bandung, perlu perubahan paradigma tentang PKL dari unsur penambah kekumuhan kota menjadi sektor yang berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Oleh karena itu konsep penataan harus dikaji secara mendasar baik dari aspek sosio kultural, maupun potensi ekonomi. Kerjasama dengan sektor formal agar memberikan ruang (tempat) usaha merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Pendekatan bisa melalui perijinan yang mewajibkan sektor formal yang dikelola swasta murni memberikan ruang yang memadai bagi sektor informal ini. Kewajiban ini sudah masuk dalam Perda 02 tahun 2009 tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern

Dalam kerjasama pembangunan pasar perlu dikaji pola penempatan PKL tanpa perlu membeli kios dari pengembang pasar. Oleh karenanya, dalam setiap perjanjian kerjasama Pemkot harus memasukkan klausul yang memungkinkan Pemkot mendapatkan ruang dagang yang bisa digunakan untuk menampung PKL. Dengan kepemilikan ada pada pemerintah kota, pola sewa bisa diatur lebih fleksibel sehingga maksud kerjasama dalam upaya menampung PKL lebih realistis. 

Namun demikian langkah formalisasi diatas bukanlah satu-satunya solusi. Sebagai kelompok yang punya mobilitas tinggi dan cendrung adaptif terhadap tuntutan pasar, PKL perlu diberi ruang gerak tanpa terjebak pada formalisasi usaha. Dalam jangka pendek dan menengah membuat zonasi bagi PKL sebagaimana diatur dalam Perda Penataan dan Pembinaan PKL bisa menjadi bagian dari solusi. Namun dalam jangka panjang penataan ruang yang memungkinkan mereka memiliki lokasi usaha dengan pola tidak menetap menjadi salah satu alternatif solusi mengatasi kesemrawutan Kota Bandung selama ini. 

By Endrizal Nazar

Jumat, 22 November 2013

TAUJIH PRESIDEN PKS


Taujih Presiden PKS Anis Matta pada Penutupan Election Update Ketiga DPP PKS (Kamis, 21/11/2013) ditwitkan oleh Habib Aboe Bakar Al-Habsiy (@aboebakar15). Selamat menyimak.

1) Saya melihat ini adalah election update terbaik, dan saya lihat percaya diri kita sudah mulai membaik.
2) Ada tiga hal yang perlu kembali saya ingatkan dalam perjuangan dakwah ini....

3) Pertama, adalah soal niat, apapun yang kita perbuat, niat adalah landasannya. Oleh karenanya inilah dasarnya....

4) Situasi kita saat ini seperti kisah Nabi Musa, yaitu situasi kegelisahan. Itulah yang kita alami sekarang..

5) Ada pula situasi seperti Nabi Yunus, yaitu saat dalam perut ikan, kala itu kita sebagai manusia tak bisa berbuat apa apa...

6) Sedangkan yang dilakukan Nabi Yunus dalam perut ikan adalah melakukan pengakuan dosa...

7) Dalam kondisi tersebut, yang harus kita lakukan adalah bersabar...

8) Kesabaran itu juga dicontohkan Rasulullah saat diembargo..

9) Pada kenyataannya kita tidak tahu apakah yang kita lakukan itu tepat atau tidak, karena itu berkaitan dengan takdir..

10) Yang kedua, saya lihat pada beberapa waktu terakhir kemampuan lapangan kita di bidang politik sudah naik.

11) Ujian yang saat ini menerpa kita, memberikan pelajaran kepada kita mengenai kelemahan dan kelebihan kita.

12) Ujian ini juga mengajarkan pada kita bagaimana tetap militan dan solid dalam situasi sesulit apapun.

13) Antum semua adalah pelaku utama dari periode ini, bagaimana kita tetap solid dan militan di era yang sangat sulit.

14) Disisi lain kemampuan kita untuk memahami detail lapangan lebih baik dan lebih kuat lagi.

15) Jangan pernah mengharamkan diri kita untuk gagal pada suatu waktu..

16) Karena kegagalan itu adalah bagian dari pembelajaran itu sendiri.

17) Pembelajaran yang kita alami haruslah dicatat sebagai bentuk ketahanan kita dalam melampaui waktu sepanjang ini.

18) Hal ketiga, mampukah kita membuktikan kemampuan kita memimpin.

19) Dalam mihwar muasasi ada dua tahap yang harus kita lampaui....

20) Pada tahap ini kita bertransformasi dari gerakan dakwah menuju ke lembaga politik...kita masuk pada domain publik yang terbuka.

21) Keterbukaan itu menjadi tantangan untuk kita untuk dapat dievaluasi scr langsung oleh masyarakat...

22) Pada tahap kedua kita masuk pada era berkoalisi dengan kekuasaan utama di negeri ini..

23) Meskipun kita bukan kekuatan utama, namun kita berada pada mainstream utama tersebut.

24) Tahapan berkutnya adalah leading...kita pada posisi memimpin.

25) Saat ini keputusan ada ditangan antum skalian, akankah kita menjadi leading ataukah kita tetap bertahan pada posisi ini..

26) Bila kita ingin bergeser dari posisi mainstream ke leading, maka kita tidak bisa berbuat hanya untuk diri sendiri.

27) Agar bisa bergeser ke mainstream kita harus melibatkan seluruh komponen bangsa..

28) Pada konstruksi publik biasanya mengatakan bahwa yang bisa mewakili seluruh kelompok di negeri ini hanyalah kalangan nasionalis.

29) Kalangan muslim biasanya hanya dilihat mewakili kelompoknya sendiri, belum dilihat mewakili seluruh komponen bangsa.

30) Oleh karenanya mind set ini perlu dirubah, tidak benar bila kalangan partai islam hanya mewakili kelompoknya.

31) Perubahan mind set adalah tugas yang harus kita laksanakan berbekal pengalaman 15 tahun yang telah kita lalui...

32) Itulah tugas kita saat ini...

33) wassalamualaikum warohmatullah....

JANGAN PERNAH LELAH DALAM BERAMAL


Tidak dipungkiri lagi bahwa tabiat seorang mukmin sejati adalah berbuat, berbuat dan terus berbuat, sehingga seluruh waktunya selalu diukur dengan produktivitas amalnya. Karena itu diam tanpa amal menjadi aib bagi orang beriman. Mereka harus mencermati peluang-peluang untuk selalu berbuat. Maka perlu diingat bahwa "nganggur" dapat menjadi pintu kehancuran. Tidaklah mengherankan bahwa banyak ayat maupun hadits yang memberikan motivasi dan rangsangan agar selalu berbuat dan menghindari diri dari sikap malas dan lemah untuk berbuat. Untuk itu Rasulullah saw menyegerakan para sahabat melanjutkan agenda lainnya sebab bila tidak, yang terjadi adalah peluang konflik dan friksi antar sesama atau akan disibukkan dengan hal-hal sepele.
    "Pikiran tak dapat dibatasi, lisan tak dapat dibungkam, anggota tubuh tak dapat diam. Karena itu jika kamu tidak disibukan dengan hal-hal besar maka kamu akan disibukan dengan hal-hal kecil (Abdul Wahab Azzam).
     Ritme kehidupan orang yang beriman selalu terus berada siklus hidupnya yang selalu berputar maka sesudah selesai menunaikan satu tugas maka ia harus menyiapkan dirinya untuk menunaikan tugas besar lainnya. Siklus yang demikian dapat menyehatkan diri dan amalnya karena ia dapat memanfaatkan waktunya dan dapat mengukir goresan indah dalam waktunya.
"Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain" (QS. Al-Insyirah:7).
     Bila perjalanan amal yang begitu panjang sering terjadi dalam kehidupan ini maka tidak ada pilihan kecuali mempersiapkan diri untuk mengarunginya. Salah satu penyiapan yang amat perlu dimiliki adalah sikap tidak pernah lelah dalam amal. Karena sikap lelah dan terus merasa lelah akan memperkecil potensi produktivitas dan akan menggerogoti energi untuk berbuat. Maka kita perlu mengantisipasi dan memerangi kelelahan kita. Bisa dengan recovery tarbiyah dengan mendisiplinkan diri dalam menerapkan manhaj, rihlah, siyahah atau amal-amal tarbawi lainnya. Rasulullah saw pun menyuruhnya "rehatkanlah hatimu karena hatimu tidak terbuat dari batu"(diambil dari tulisan al-akh ust.DH. Al-Yusni "Amal Tak Pernah Usai" Majalah Tarbiyah edisi 11 Th1/Rabiul Awal-Rabiul Akhir 1425 H,Juni 2004)

Kamis, 21 November 2013

MUSH'AB bin UMAIR RA



Pada dirinya terdapat kemampuan dan sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang da'i, ditambah lagi dengan wajahnya yang tampan dan penampilannya yang menarik. Ia adalah duta pertama yang diutus Rasulullah saw kepada penduduk kota Madinah.
     Tatkala sampai di Madinah, ia singgah di rumah As'ad bin Zurarah. Sementara itu ada dua orang yang bernama Sa'ad bin Mu'adz dan Usaid bin Hudhair, keduanya adalah pemimpin suku Bani Abdil Asyhal dan penganut kepercayaan nenek moyang mereka.
    Tatkala mendengar berita tentang Mush'ab bin Umair, Sa'ad berkata kepada Usaid,"Pergilah, temui orang yang telah memasuki wilayah kita dan mengelabui masyarakat kita yang lemah itu. Usir keduanya dan jangan sekali-kali diperbolehkan mendatangi kaum kita. Kalau bukan karena keberadaan As'ad niscaya aku sudah pergi mendatangi mereka dan tidak menyuruhmu. Seperti yang kamu ketahui, ia (As'ad bin Zurarah)
adalah anak bibiku."
     Usaid mengambil tombaknya lalu pergi mendatangi keduanya. Tatkala As'ad mengetahui kedatangannya, ia berkata kepada Mush'ab,"Dia adalah seorang pemimpin suku dan telah mendatangimu, maka berlaku benarlah kepada ALLAH." Mush'ab berkata,"Jika ia mau duduk, maka saya akan berbicara kepadanya."
     Usaid masuk dan langsung mendamprat (pada saat itu masih dalam posisi berdiri), "Apa maksud kalian datang kepada kami dan menipu orang-orang yang lemah? Tinggalkanlah kami, jika kalian masih menyayangi nyawa kalian."
    Setelah selesai, Mush'ab bin Umair berkata dengan sangat halus, "Bagaimana jika anda duduk terlebih dahulu dan mendengarkan perkataan kami, Jika anda suka maka ambilah dan jika anda tidak suka maka tinggalkanlah." Usaid berkata,"Anda berlaku adil." Kemudian ia meletakkan tombaknya dan duduk. Mush'ab lalu memberitahukan dan menjelaskan kepadanya tentang Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an.
     Keduanya menceritakan,"Demi ALLAH, kami sudah melihat pada wajahnya pancaran cahaya Islam, sebelum ia berkata dengan wajah lebih ceria."
     Kemudian Usaid berkata, "Alangkah indahnya ajaran-ajaran ini. Apa yang kalian perbuat tatkala hendak memasuki agama ini?" Keduanya menjawab, "Mandilah dan bersihkan kedua pakaianmu. Kemudian ucapkanlah syahadat dan setelah itu dirikanlah shalat."
     Usaid kemudian bangkit untuk mandi dan membersihkan pakaiannya, lalu mengucap syahadat dan dilanjutkan dengan shalat dua rakaat. Kemudian ia berkata, "Ada seorang laki-laki, jika ia masuk Islam maka seluruh kaumnya akan mengikutinya. Saya akan menyuruhnya menghadap kalian. Orang itu bernama Sa'ad bin Mu'adz."
    Usaid mengambil tombaknya dan beranjak pergi menemui Sa'ad dan kaumnya. Ketika menyaksikan kehadiran usaid yang telah berubah dan saat Usaid sudah berada di hadapan mereka, Sa'ad bertanyan"Wahai Usaid, apa yang telah kamu perbuat?" Usaid berkatan"Saya telah bertemu dan berbicara dengan kedua orang itu ternyata mereka tidak membahayakan. Saya juga telah mencegah mereka. Lalu mereka berkata,'Kami berbuat apa yang anda sukai.' Saya telah mendengar berita bahwa Bani Haritsah telah berangkat menuju rumah As'ad bin Zurarah untuk membunuhnya dengan tujuan menghinakan dirimu, karena mereka tahu bahwa As'ad adalah anak bibimu."Dengan marah Sa'ad mengambil. Tombak dan berkata,"Wahai usaid, Demi Tuhan, kamu belum berbuat apa-apa." Kemudian ia keluar menuju rumah As'ad bin Zurarah. Dan pada akhirnya apa yang terjadi pada Usaid terjadi pula pada Sa'ad bin Mu'adz.
    Demikianlah tatkala Usaid datang dengan marah, Mush'ab justru menyambutnya dengan senyum dan ketenangan. Sikap inilah yang dapat melunakkan hati sekeras apa pun. Mush'ab adalah da'i yang membawa risalah yang amat agung dan suci. Oleh karena itu, dia sangat mengerti akan sikap yang tepat pada saat yang tepat pula. Ia tidak terpengaruh dengan kemarahan Usaid, tetapi justru sebaliknya, ia berperilaku dengan akhlak yang mulia.
    Kemudian, Mush'ab berkata dengan perkataan yang lemah lembut dan menggugah perasaan lawan bicaranya untuk kembali kepada fitrah dan keadilan, "Bagaimana jika anda duduk dan mendengarkan perkataan saya? Jika anda  menyukai perkataan saya, maka ambillah dan jika anda tidak menyukai, maka kami akan menjauhkan apa yang anda benci itu dari diri anda." Memang tatkala menyampaikan dakwahnya, seorang da'i akan melihat dampak pada wajah mad'unya.
     Setelah masuk Islam, ia (Usaid bin Hudhair) berubah dari mad'u menjadi seorang da'i. Lalu ia mencari cara agar Sa'ad mau menemui dan mendengarkan perkataan Mush'ab ra. seperti yang telah ia alami.
     "Tidak sempurna iman seorang di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya."
     Dikatakan juga bahwa belum sempurna juga iman seseorang sebelum ia merasa bahagia jika hal yang ia sukai itu terjadi juga pada saudaranya. Akhirnya Sa'ad pun masuk Islam disertai kaumnya, Bani Abdil Asyhal.
     As'ad berkata kepada Mush'ab ra., tatkala melihat kedatangan usaid,"Hai Mush'ab, ia adalah pemimpin suku berlakulah jujur kepada ALLAH SWT." Sungguh merupakan sebuah perkataan yang akan tetap langgeng, sebuah senjata dan sumber kekuatan bagi seorang da'i, "Berlaku jujurlah kepada ALLAH SWT." Seorang da'i harus berlaku ikhlas hanya mencari ridha ALLAH SWT., tidak untuk tujuan-tujuan selain ALLAH. Dengan ikhlas itulah ALLAH akan berkenan membukakan pintu hidayah-Nya. Itulah makna syiar kita: "ALLAH adalah tujuan kami"
     Kisah yang terjadi pada Mush'ab ra. bersama Usaid dan Sa'ad memberikan banyak pelajaran yang berharga. Semua ini terjadi semata-mata atas hidayah (petunjuk) ALLAH 'AZZA WA JALLA.

(Kitab At-Thariq Ilal Qulub, karya ust Abbas As-Sisi)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan