“Wahai orang-orang yang
beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras,
yang tidak durhaka kepada Alloh terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” QS. At Tahrim (66) ayat 6
Umar bin Khottob berkata,
“Saat turun ayat ini bertanya kepada Rosul , ‘Kami akan jaga diri kami, lalu
bagaimana dengan keluarga kami? Jawab Rosul , “Kau larang mereka apa-apa yang Allah telah larang dari-Nya, kamu
perintah mereka dengan apa yang telah Alloh perintah dari-Nya. Jika itu kamu
lakukan akan menyelamatkan mereka dari neraka.”
Subhanalloh! Ternyata islam
melarang kita menjadi manusia-manusia egois, yang merasa cukup sholeh sendiri
tanpa mensholehkan orang lain. Apalagi mensholehkan anak kandung sendiri, itu
kewajiban utama para orang tua yang tentu saja akan dimintai pertanggungjawaban
di akhirat nanti. Tapi bicara soal mensholehkan anak ini begitu banyak para
orang tua yang belum tahu, pura-pura tidak tahu atau malah masa bodoh. Yang
tidak/belum tahu, maka tugas kita untuk memberi tahu. Yang pura-pura tidak
tahu, tugas kita untuk ngingetin terus jangan sampai nanti di akhirat kita jadi
orang tua yang bangkrut. Siapa orang tua yang bangkrut? Orang tua yang sholeh
yang jaraknya dengan surga tinggal sedikit lagi, tapi karena selama di dunia
tidak berupaya keras mensholehkan anak (anak-anaknya calon neraka semua) maka
ditimbang-timbang seluruh amalnya oleh Alloh dengan adil. Jadinya keputusannya adalah... orang tua
harus masuk neraka dan anak-anaknya masuk surga. Lho, lho kok jadi kebalik gitu
sih? Ya itulah keputusan yang adil dari Alloh.
Maka, yuk menjadi orang tua yang bersemangat untuk mensholehkan
anak-anaknya seperti nabi Nuh as yang sampai detik-detik terakhir malaikat
Izroil mau mencabut nyawa putranya, Kan’an, masih terus mendakwahi putranya.
“Nak, sini nak. Tidak ada tempat berlindung selain Alloh nak”. Sayang putranya salah
memilih jalan. Tapi kalau sudah maksimal begini upaya sang ortu, maka anaklah
yang masuk neraka.
Untuk para orang tua yang masa
bodoh kita ingatkan terus. Barangkali dengan nasihat berikut. Ali bin abi Tholib
berkata dari Ibnu Abbas, “Jaga diri dan
keluargamu, suruhlah mereka berdzikir dan berdoa kepada Allah, sehingga Allah
menyelamatkan kamu dan mereka dari neraka”. Yah memang mendidik anak tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Apalagi mensholehkan anak, gampang-gampang susah. Tapi ibarat mengasah pisau,
itulah tugas para orangtua, perlahan-lahan tanpa henti, setiap saat, setiap
hari terus mengetuk pintu hatinya membuka mata hatinya dibarengi dengan doa
kuat kepada Sang Pemilik Hidayah yaitu Alloh. Barangkali hari ini belum
terketuk, siapa tahu esok lusa. Barangkali tahun ini belum terbuka, siapa tahu
di tahun-tahun depan.
Lalu apa saja sih yang harus
diajarkan kepada anak-anak kita? Sebagian ulama berkata, “Kalau dikatakan Quu
Anfusakum... mencakup arti anak-anak, karena anak adalah bagian dari mereka.
Maka hendaklah orang tua mengajarkan tentang halal haram dan menjauhkan dari
kemaksiatan dan dosa juga mengajarkan hukum-hukum lain selain hal itu.”
Intinya, selain urusan aqidah (rukun iman), ibadah (rukun islam), anak-anak pun
harus didekatkan hatinya dengan Al Qur’an. Sebab segala sumber ilmu ada didalam
Al Qur’an.
Jadi jangan lupakan anak-anak
kita. Apalagi kalau kita sudah sholeh malah sudah jadi juru dakwah, maka
jadikanlah anak-anak kita sebagai obyek dakwah pertama dan utama seperti perintah
Allah berikut ini. “Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”. QS. Asy-Syu’aro(26) :214.
Anak-anak sholeh adalah
investasi akhirat kita. Ketika orangtua menempati alam barzah maka terputuslah
semua amal kecuali (salah satunya), doa anak-anak yang sholeh. “Dan
perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam melaksanakannya.
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang Memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.”. QS Thaha (20)
: 132.
by Neneng Amiarti
0 komentar:
Posting Komentar